Pendakian Wajib (PENDAWA) PALAPA
Pendakian
Wajib VI PALAPA ini dilaksanakan selama 4 hari mulai tanggal 29 Agustus-1
September 2013 di gunung Raung, kabupaten Bondowoso. Perjalanan menuju gunung
Raung dimulai dari sekertariat Palapa yang bertempat di gedung ormawa Fakultas
MIPA. Berangkat menuju Pos pendakian pukul 16.15 WIB, yang sebelumnya diawali
dengan pembukaan PENDAWA VI PALAPA di dalam gedung ormawa oleh Ketua Umum
Palapa, Saudara Beruk (Najibur Rohim).
Kami
berangkat dari sekretariat PALAPA pukul 16.15 WIB menuju Pesanggrahan (pos
pendakian). Peserta dari PENDAWA VI PALAPA berjumlah enam orang yaitu: murus,
bangas, potel, kawat, gudel, dan cikar. Sedangkan dari pendamping juga
berjumlah enam orang yang semuanya dari angkatan Badai Pasang. Kami berangkat
menuju pesanggrahan dengan menggunakan sepeda motor. Di tengah perjalanan
rombongan Pendawa kehujanan, tepatnya di desa pakisan. Terpaksa dari kami
melanjutkan perjalanan agar tidak terlalu larut malam sampai di pos pendakian.
Pukul 18.30 WIB rombongan peserta dan pendamping Pendawa sampai di Koramil
Sukosari, kami melapor dan meminta izin kepada DANRAMIL untuk melakukan
pendakian besok pagi. Setelah mendapatkan izin dari DANRAMIL perjalanan
dilanjutkan menuju pesanggrahan (pos pendakian). Pukul 19.00 WIB kami sampai di
pos pendakian dan langsung melapor kepada penjaga pos pendakian dan izin untuk
menginap di pesanggrahan untuk satu malam. Setelah sholat dan makan kami semua
istirahat untuk melakukan pendakian besok pagi.
Jumat,
30 Agustus 2013 pukul 01.45 WIB kami bersiap-siap untuk melakukan perjalanan.
Pukul 02.33 WIB hari masih gelap sedangkan kami sudah melakukan perjalanan
menuju pos mata air. Selama perjalanan hanya ada pohon tebu dan suara-suara
anjing yang menggonggong. Setelah sampai di pos mata air kami langsung membagi
tugas yaitu memasak, dan mengisi air. Pukul 05.00 WIB kami semua makan pagi
agar mempunyai tenaga saat melakukan pendakian. Pukul 05.30 WIB perjalanan
dilanjutkan menuju pondok motor. Perjalanan menuju pondok motor melalui jalan
makadam. Di tengah-tengah perjalanan makadam kami menyembunyikan jurigen air
yang bocor di semak-semak dengan tujuan agar air tersebut dapat diminum saat
kami perjalanan kembali. Pukul 07.45 WIB rombongan peserta Pendawa dan pendamping
sampai di pondok motor.
Di
pondok motor jurigen air juga disembunyikan disemak-semak, karena tidak mungkin
membawa begitu banyak air ke puncak gunung, hal ini akan mengakibatkan
perjalanan terganggu karena barang bawaan yang terlalu berat. Setelah melewati
pondok motor perjalanan sudah mulai menanjak dan sedikit sekali jalan datar.
Tampaknya dari peserta Pendawa sudah mulai merasakan beratnya medan yang
dilalui. Satu persatu dari kami sudah mulai sering berhenti untuk istirahat
bahkan ada pula yang susah untuk melanjutkan perjalanan karena kakinya kram
yaitu bangas. Di tanjakan awal, bangas sudah sering kesakitan karena kakinya
kram, hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya kurang latihan
dan pemanasan, faktor barang bawaan yang terlalu berat, dan juga perlengkapan
yang dipakai dalam perjalanan kurang nyaman. Beberapa kali bangas berhenti
karena kram dan meminta kami untuk melanjutkan perjalanan tanpa dia. Kami terus
menyemangatinya agar mau melanjutkan perjalanan.Setelah beberapa lama istirahat
kemudian kami melanjutkan perjalanan lagi. Pukul 12.00 WIB kami istirahat di
sekitar pohon besar yang dipotong. Kami membongkar packingan untuk memasak dan
juga memakan makanan ringan karena dari peserta Pendawa dan pendamping sudah
mulai lapar. Kami di sini cukup lama istirahat sehingga dirasa cukup untuk
memulihkan tenaga. Akhirnya kami kembali melanjutkan perjalanan, dari sini
perjalanan makin sulit. Medan yang kami lalui tanjakan terjal terus-menerus.
Peserta Pendawa kondisi fisik dan mentalnya sudah
menurun karena kami belum pernah sampai membayangkan jika medannya akan sesulit
ini. Sebelum sampai di pondok sumur kami dihadapkan dengan tanjakan yang sangat
terjal yang mempunyai kemiringan kurang lebih 600. Sehingga kami
harus merangkak dan menggunakan bantuan kedua tangan untuk bisa melewati
tanjakan terjal ini . Setelah melewati tanjakan terjal kami sampai di pondok
sumur pukul 15.13WIB. Packingan kembali kami bongkar untuk mengeluarkan air dan
makanan. Di sini kami kembali menyembunyikan satu jurigen air. Air tersebut
akan kami gunakan pada saat turun dari puncak. Setelah itu kami kembali
melanjutkan perjalanan ke pondok tonyok. Tampaknya kondisi semua peserta sudah
mulai benar-benar menurun. Lebih banyak diisi istirahat saat perjalanan menuju
pondok tonyok ini. Hari sudah mulai sore kami harus sampai di pondok tonyok
sebelum gelap. Sampai di pos bayangan pertama pondok tonyok gudel sudah mulai
drop sehingga lebih sering menanyakan kapan sampai dipondok tonyok. Dari
pendamping berusaha untuk menguatkan dan mengatakan kalau pondol tonyok sudah
dekat. Bahkan Ketua Umum juga mengatakan kalau pondok tonyok hanya lima belas
menit lagi.
Hari
semakin gelap perjalanan kembali dilanjutkan lima belas menit telah berlalu dan
gudel kembali menanyakan kapan tiba di pondok tonyok, dari pendamping berusaha
menguatkan kembali dan pondok tonyok sudah dekat. Akhirnya kami sampai di pos
bayangan kedua, tampaknya gudel langsung istirahat dan mengira kalau ini adalah
pondok tonyok padahal bukan. Akhirnya dia diberitahu jiks ini masih bukan
pondok tonyok, ketika mengetahui ini bukan pondok tonyok dia pun menangis
karena sudah kelelahan dan hari mulai gelap. Akhirnya saya, potel, bangas,
cikar dan kawat kembali melanjutkan perjalanan karena sudah mulai gelap. Perjalanan
kembali dilanjutkan dan medan yang ditempuh masih tetap menanjak sehingga
semakin membuat kami putus asa. Bahkan cikar dan kawat yang berada dibelakang
saya juga menangis karena kelelahan. Akhirnya saya, bangas dan potel di suruh
untuk melanjutkan perjalanan terlebih dahulu untuk menyiapkan tenda dan api
unggun di pondok tonyok. Pukul 17.55 WIB kami bertiga sampai di pondok tonyok,
kami langsung bongkar packingan dan mendirikan tenda. Setelah mendirikan tenda
peserta istirahat dan memasak. Sedangkan saya, potel dan bangas mencari kayu
bakar untuk membuat perapian. Suhu udara di tempat ini sangat dingin bahkan
sampai turun embun. Setelah makanan matang kami semua makan dan menghangatkan
badan di depan api unggun. Pukul 20.45 WIB kami melakukan sharing perjalanan
dari pesanggrahan sampai pondok tonyok. Setelah itu pukul 22.30 kami
beristirahat agar besok stamina kami kembali.
Sabtu,
31 Agustus 2013 pukul 02.30 kami bangun dan menyiapkan barang-barang yang akan
dibawa untuk bekal ke puncak raung. Cikar, gudel dan kawat memasak sarapan
untuk kami semua sebelum melakukan pendakian. Pukul 04.00 kam berangkat dari
pondok tonyok menuju pondok dhemit. Perjalanan menuju puncak masih sama seperti
kemarin yaitu kami dihadapkan dengan tanjakan yang terjal. Sepanjang jalan
menuju pondok dhemit banyak kayu yang tumbang yang menghalangi jalan sehingga
mengganggu lancarnya pendakian kali ini. Pukul
04.30 WIB kami sampai di pondok dhemit. Kami istirahat sebentar untuk
minum air gula. Perjalanan kembali dilanjutkan menuju pondok mayit. Banyak
pohon cemara di sepanjang jalan menuju pondok mayit dan juga rumput-rumputan.
Hari sudah mulai terang kami sampai di pondok mayit pukul 05.45 WIB. Kami
kembali istirahat karena medan yang telah kami lalui cukup menguras tenaga. Setelah
itu perjalanan kembali dilanjutkan menuju pondok angin. Selama perjalanan
menuju pondok angin kami melalui hutan cemara, padang eidelweis, padang rumput,
dan pakis-pakisan. Matahari sudah mulai panas kami memutuskan untuk istirahat
sejenak untuk minum. Di tengah perjalanan menuju pondok angin selain
beristirahat kami juga berfoto untuk mengabadikan perjalanan Pendawa ini.
Setelah puas berfoto kami kembali melanjutkan perjalanan menuju pondok angin.
Medan yang ditempuh cukup menanjak dengan padang rumput disisi kanan dan kiri.
Kami sampai di pondok angin pukul 07.00 WIB dan matahari sudah mulai terlihat
akan tetapi suhu di sini masih cukup dingin sehingga kami tetap memakai jaket
dan sarung tangan untuk menghangatkan.
Pendakian
kami lanjutkan menuju batu inmemoriam Deden Hidayat selama perjalanan menuju batu Deden kami
melalui padang rumput dan pohon-pohonan yang bekas terbakar. Perjalanan menuju
batu Deden membutuhkan waktu setengah jam. Setelah sampai di batu Deden atau
batas vegetasi terakhir kami beristirahat sejenak dan berdoa bersama didepan
Batu inmemoriam Deden Hidayat. Setelah itu kami kembali berfoto-foto untuk
menikmati indahnya pemandangan dari atas gunung raung. Setelah puas
berfoto-foto kami kembali melanjutkan perjalanan menuju puncak gunung raung.
Perjalanan menuju puncak medannya sangat terjal dan sangat berbahaya. Kanan dan
kiri jalan yang kami lalui adalah jurang. Sedikit saja kita lengah maka kita
akan jatuh ke jurang. Pendakian menuju puncak ini ada jalur yang sangat
ditunggu-tunggu bagi para pendamping untuk melihat peserta yang takut
ketinggian dan tidak berani berjalanan di atas jalan setapak. Biasanya kami
menyebutnya dengan jalan “sirotol mustaqim” karena jalan ini hanya bisa dilalui
oleh 1 orang sedangkan kiri dan kanannya adalah jurang yang sangat curam.
Saya,
potel dan cikar berada di barisan paling depan. Kami berlomba untuk segera
sampai menuju puncak. Akhirnya pukul 08.45 WIB saya sampai lebih dulu dipuncak
gunung Raung disusul dengan cikar dan potel. Setelah 15 menit menunggu akhirnya
bangas,gudel dan kawat sampai dipuncak pukul 09.00 WIB. Setelah semua peserta
dan pendamping Pendawa VI berada dipuncak gunung Raung kami melakukan sharing
perjalanan dari pondok tonyok menuju puncak. Setelah melakukan sharing akhirnya
kami dilantik dengan syarat yang sudah disetujui sebelumnya. Saya mendapat
giliran kedua yang dilantik setelah bangas. Dan saya mendapatkan NIA yaitu
PLP-XII-11.090-TB. Pukul 10.15 WIB pelantikan dan pemberian Nomor Induk Anggota
oleh Ketua Umum selesai dilaksanakan. Setelah itu kami turun dari puncak gunung
raung menuju pondok angin. Perjalanan turun lebih cepat daripada perjalanan
waktu mendaki. Perjalanan menuju pondok angin hanya ditempuh dengan waktu satu
jam setengah. Setelah sampai di pondok angin kami istirahat dan memasak makanan
karena kami belum makan sejak perjalanan tadi shubuh. Setelah istirahat dan
makan pukul 13.30 WIB kami melanjutkan perjalanan menuju pondok tonyok.
Perjalanan
dari pondok angin ini kami lakukan dengan berlari, karena dengan berlari kami
akan lebih cepat sampai dan menghemat tenaga. Pukul 15.00 WIB kami semua sampai
di pondok tonyok. Setelah sampai dipondok tonyok kami bongkar tenda dan
packing. Sebelum kami turun menuju pondok sumur ada tiga orang pendaki dari
Jakarta yang hendak menuju puncak gunung raung. Pukul 16.05 kami melanjutkan
perjalanan menuju pondok sumur. Peserta dan pendamping Pendawa VI menempuh
perjalanan dengan berlari. Berlari merupakan cara yang paling efisien. Saya pun
juga menyukai turun gunung dengan berlari seperti ini. Pukul 17.15 WIB kami
sampai di pondok sumur. Kami mengambil cadangan air yang kami sembunyikan
kemarin. Setelah cukup beristirahat kami kembali melanjutkan perjalanan menuju
pos aborsi. Perjalanan menuju pos aborsi ini sudah mulai gelap sehingga kami
menggunakan headlamp sebagai alat bantu penerangan. Pukul 18.00 kami sampai di
pos aborsi dan langsung mendirikan tenda dan membuat perapian. Di pos aborsi
ini suhu tidak terlalu dingin seperti di pondok tonyok. Saya,potel dan bangas
masih didepan api unggun sampai larut malam ditemani oleh senior-senior. Saya
masih belum percaya karena sudah mencapai puncak gunung Raung, saya masih
teringat perjalanan yang begitu sulit dan penuh dengan perjuangan itu. Sekitar
pukul 23.00 WIB kami memutuskan untuk masuk tenda dan beristirahat.
Minggu,
1 September 2013 pukul 05.00 WIB saya bangun dan langsung menuju perapian
karena suhu pagi hari di pos aborsi cukup dingin. Setelah badan cukup hangat
kami pun mulai memasak untuk makan pagi karena perjalanan ini adalah hari
terahir pendakian ke gunung Raung. Setelah masakan matang, kami semua makan
bersama. Setelah makan kami langsung packing dan bersiap-siap untuk melakukan
perjalanan pulang. Pukul 08.00 WIB kami melanjutkan perjalanan pulang menuju
pondok motor. Kami tetap berlari menuju pondok motor akan tetapi kali ini kami
tidak membawa cadangan minuman sedikitpun. Satu-satunya air yang diharapkan
hanya cadangan air yang saya sembunyikan di pondok motor.
Ketika
sampai di kebun kopi saya diminta oleh ketua umum untuk berjalan di depan.
Sebenarnya saya tidak yakin untuk memimpin perjalanan ini, tetapi karena ego
saya yang tinggi dan tidak mau menyerah sebelum mencoba saya menyetujui
permintaan ketua umum untuk berjalan lebih dahulu. Sebenarnya di awal
perjalanan saya sudah mulai bingung dengan banyaknya percabangan yang ada di
tengah kebun kopi. Ditambah lagi kami semua mulai kelelahan dann kehausan,
sedangkan kami tidak mempunyai cadangan air untuk diminum. Ketika saya berada
di depan dengan diikuti oleh ketua umum dan peserta pendawa selain gudel, saya
menemukan dua percabangan dan di sana tidak ada string line sama sekali.
Akhirnya saya mengambil percabangan yang kanan dan semua mengikuti, tetapi
setelah berjalan beberapa lama saya mulai sadar kalu jalan menuju kepondok motor
bukan ini jalannya. Akhirnya saya putuskan untuk bertanya kepada penduduk yang
lewat di tengah kebun kopi dan kami disarankan untuk melanjutkan perjalanan
karena jalan ini menuju ke dusun legan yang di sana terdapat mata air. Akhirnya
kami bersemangat untuk segera sampai di dusun legan, karena yang ada dipikiran
saya hanya air. Dari sodara-sodara saya dan ketua umumpun kehausan. Setelah
berjalan cukup lama saya melihat tendon air, saya pun refleks melepas karier
dan segera berlari menuju tendon tersebut. Akan tetapi, saya tidak menemukan
adanya tanda-tanda air ditandon ini. Akhirnya kami semua duduk lemas karena
kehausan. Cikar pun menangis karena kehausan sedangkan kami tidak mempunyai
cadangan minuman.
Setelah
istirahat cukup lama kami melanjutkan perjalan menuju dusun Legan. Saya tetap
berada di depan, setelah berjalan 20 meter saya kembali melihat tendon air yang
cukup besar. Sayapun berlari menuju mata air itu dan minum sampai rasa haus
saya hilang. Kami putuskan untuk beristirahat sejenak dan membuka packingan
untuk mencari makanan ringan. Pukul 11.15 WIB perjalanan kembali dilanjutkan
menuju pos mata air. Ditengah perjalanan menuju pos mata air kami kembali
tersesat ditengah kebun kopi, akhirnya kami putuskan untuk bertanya kepada
penduduk sekitar. Setelah bertanya kepada penduduk kami diberitahu jalan menuju
pos mata air. Kawat yang kondisinya sudah menurun kami titipkan kepada
bapak-bapak yang akan menuju pos pendakian dengan menggunakan sepeda motor.
Pukul
12.30 WIB kami sampai di pos pendakian. Sesampainya di sana kami langsung
melapor kepada penjaga. Setelah itu kami istirahat dan mandi untuk embersihkan
badan. Pukul 14.00 WIB kami pamit pulang kepada ibu penjaga. Tujuan kami
selanjutnya adalah rumah saya. Peserta dan pendamping saya ajak untuk mampir di
rumah untuk istirahat dan makan-makan. Setelah selesai amakan-makan kami sholat
magrib. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju jember. Kami sampai di
sekretariat PALAPA pukul 19.10 WIB. Setelah sampai di sekretariat kami langsung
melakukan upacara penutupan kegiatan Pendakian Wajib (PENDAWA) VI PALAPA.
Setelah selesai upacara kami mengelist alat dan mengembalikannya ke gudang.
Oleh : Angkatan Tebing Badai
iki tulisanku,wkkwk
BalasHapuskemah can, jek jiah tolesnah nak kanak TB (tebing badai) hahaha..
BalasHapus